Selasa, 25 Agustus 2009

Ayahku Meninggalkan Dunia Ini

Ayahku meninggal dunia pada tanggal 18 Agustus kemarin di usia 71 tahun. Saat ini usiaku 36 tahun. Tiba-tiba aku berhitung tentang usia ayahku ketika aku lahir, 71 dikurangi 36, berarti usia ayahku ketika aku lahir adalah 35 tahun. Anak pertamaku, Arkan (laki), lahir tahun lalu 23 Mei 2008 saat usiaku 35 tahun. Ternyata usia ayahku ketika aku lahir, sama dengan usiaku saat Arkan lahir, sama-sama 35 tahun. Yang terpikirkan olehku adalah perjalanan hidup ayahku dari usia 35 tahun sampai akhirnya berhenti di 71 tahun. Lalu bagaimana dengan perjalanan hidupku kedepan? Bagaimana Arkan akan melihatku sebagai ayahnya nanti? Apa yang terbaik bisa aku berikan untuk kehidupan Arkan? Sampai pikiranku kepada pesan pak Budi Yuwono di kelas SQ-R, bahwa usia 40 tahun adalah penentu akan jadi apa kita nantinya. Jika di usia 40 tahun karakter saya belum tumbuh, maka semakin tua akan semakin sulit untuk tumbuh. Ya Allah ya Tuhanku, ijinkanlah di sisa usia hidupku ini terus tumbuh karakter dalam jiwaku sehingg bisa serupa dengan citraMu yang Maha Mulia. Bila Engkau panjangkan umurku, condongkanlah aku untuk selalu mengambil keputusan yang hanya Engkau ridhai. Ya Allah, ampunilah dosa ayahku, sinarilah alam kuburnya dengan sinar kasih sayangmu. Kasihanilah ayah & ibuku, sebagaimana mereka mengkasihani akau sewaktu kecil. Bimbinglah aku agar menjadi anak yang soleh, sehingga doaku untuk ibu & ayahku bisa Engkau terima. Bimbinglah aku & istriku mendidik anak-anakku sehingga mereka menjadi anak soleh yang bisa mendoakan kebaikan bagi kami orangtuanya. Aamiin.

Ayahku meninggalkan dunia ini, aku memulai berkarya untukMu ya Allah di dunia ini. Aamiin.

Terimakasih Tuhan

Kemarin saya berbincang-bincang dengan Tomi, rekan kantor di Jl. Panjang. Dengan kerendahan hatinya, menurut Tomi saya adalah salah satu gurunya di bidang marketing/visual communication. Belajar dari kerendahan hati beliau, saya juga menyatakan Tomi adalah guru saya juga, dibidang kehidupan. Setelah berbincang-bincang, saya tiba2 terilhami oleh pembicaraan rekan saya ini. Saat itu saya baru merasa sangat berutung mengalami ujian yang terus-menerus sekitar 4 bulan terakhir ini. Terimaksih ya Allah ya Tuhanku. Ujian besar ini semata-mata karena tujuan hidupku juga besar. Allahu Akbar. Bagaimana saya bisa mencapai tujuan hidupku yang besar kalau diriku, rohku belum tumbuh menjadi dewasa? Apapun yang Engkau ijinkan terjadi padaku adalah yang terbaik, yang paling efektif & efisien untuk kondisi yang saya miliki saat ini. Ya Allah, condongkanlah mata hatiku untuk selalu melihat kesesuaian, kecocokan antara apa yang Kau ijinkan terjadi dengan apa yang rohku butuhkan untuk tumbuh dewasa, sehingga saya dapat menjadi rahmat bagi alam semesta. Aamiin.

Minggu, 23 Agustus 2009

Sesudah

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al Insyiraah: 5-6)

Sampai dua kali disebutkan oleh Allah SWT dalam Al Quran. Ya Allah, tuntunlah aku hanya kepada kekuatanMU Yang Maha Besar. Ya Allah, condongkanlah sikap & responku hanya kepada hal yang Engkau ridhai.

Begitu mudahnya kami menemukan rumah sewaan yang sangat sesuai dengan kebutuhan & apa yang kami bayangkan. Kami saksikan kekuasaanMu ya Allah atas semua detail kejadian, kami saksikan ya Allah karuniaMu yang tak bisa kami hitung. Ya Allah, kalau memang ujian yang kami terima ini terbaik buat perkembangan roh kami, maka biarkanlah kami tetap sabar menjalaninya. Bimbinglah kami sekeluarga ke dalam kemuliaan akhirat & tuntunlah kami ya Allah ke jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhai. Jadikanlah tempat tinggal keluarga kami yang baru ini awal dari bangkitnya kemuliaan roh kami yang serupa citraMu, sehingga kami dapat memberikan rahmat bagi semesta alamMu ini.

Sepandai-pandai kami berhitung, tetaplah kami bodoh & kecil. Hanya Engkaulah ya Allah yang paling efektif & tepat perhitungannya. Kuserahkan seluruh jiwa ragaku hanya untuk kemuliaanMu Ya Allah Yang Maha Besar.

Aamiin.

Kamis, 13 Agustus 2009

Saling Menarik

Dari Aisyah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Roh manusia satu dengan yang lainnya saling menarik. Bila sama mereka akan bersatu, dan bila berlainan, mereka akan berjauhan. (HR. Bukhari Muslim). Dikutip dari buku Berguru Kepada Allah (Abu Sangkan).

Ya Allah, samakanlah rohku dengan roh orang-orang yang Engkau ridhai hidupnya di dunia & akhirat. Bimbinglah roh ku ya Allah Yang Maha Pengampun.

Aamiin.

Selasa, 11 Agustus 2009

Siapa Lagi Kalau Bukan Engkau

Selasa siang kemarin, saya berjanjian untuk makan siang bersama teman. Beberapa minggu yang lalu saya mengajak beliau untuk ngobrol. Saya memikirkan sebuah proyek bisnis dan teman saya ini, Ipank, akan saya ajak untuk mengerjakannya. Bisnis ini saya niatkan pertama kali untuk memperoleh keuntungan, didalam perjalanan mewujudkannya terhalang oleh kendala. Lalu saya ubah niatnya, saya temukan niat yang lebih layak dipersembahkan oleh jiwa yang tenang. Jika Allah mengijinkan proyek ini jalan, maka akan tersebar sebanyak 2 juta eksemplar buku berisi nilai-nilai spiritual bagi generasi penerus bangsa ini. Dengan niat yang begitu indah ini, hambatan yang sebelumnya kelihatan besar & sulit, tetap terlihat besar & sulit dimata saya. Tapi, hambatan itu kecil di mata Tuhan Yang Maha Mengatur Dengan Sempurna & Efektif.

Kembali ke pertemuan dengan teman saya, Ipank. Kami berbicara mengenai ide & gagasan. Singkat cerita, masing-masing cerita & pengalaman kami berujung pada hal yang sama, menyebarkan kebaikan, menyebarkan hanya yang manfaat. Saya sangat bersyukur dengan ijin Allh pertemuan & pembicaraan seperti ini terjadi.

Siapa yang mampu mengatur pertemuan dua gagasan pada satu titik.
Siapa yang mampu menetapkan waktu kejadian begitu tepat & efektif.
Siapa yang mampu membolak-balikan hati manusia.
Siapa lagi kalau bukan Engakau ya Allah, Tuhanku yang Maha Besar.

Ya Allah, ijinkanlah hambamu yang lemah ini selalu bergantung padaMU disetiap detik kehidupan ini. Aamiin.

Senin, 10 Agustus 2009

Belajar Dari Yang Saya Lihat

Pagi ini saya belajar dari apa yang saya lihat. Saya juga instropeksi diri dari apa yang saya lihat. Saya juga menjadi bersemangat untuk menerima harganya dari pertumbuhan karakter saya, setelah obrolan singkat dengan kawan yang saya temui di depan lift kantor.
Saya harus belajar dari Ibu Herlina Kurniawan tentang sabar, keteguhan hati & mengelola uang.

Ya Allah, ya Tuhanku. Sungguh karuniaMu tiada bisa kuhitung, ku panjatkan puji syukur atas semua kelimpahan yang ku terima selama ini & yang akan kuterima nanti. Jika Engkau ijinkan, sehatkanlah badanku ini, agar aku dapat terus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang akan mendewasakan karakter diriku ini. Apapun yang Engkau ijinkan terjadi padaku, condongkanlah selalu respon & sikapku hanya kepada hal-hal yang Engkau ridhai. Bimbinglah aku selalu ya Allah. Kuserahkan segala daya upayaku kepada apapun yang Engkau anggap terbaik bagiku. Ijinkanlah hambaMu ini menjadi kebanggan istriku, sehingga istriku menjadi hambaMu yang Engkau cintai. Ijinkanlah hambaMu ini menjadi kebanggan anak-anakku, sehingga anak-anaku tumbuh menjadi anak yang shaleh. Ya Allah, jangan biarkan diriku ini jauh dariMu. Jangan biarkan dirku ini jauh dariMu. Jangan biarkan diriku ini jauh dariMu ya Allah Yang Maha Pengasih & Penyayang. Sayangilah aku ya Allah, belailah aku dengan kasihMu ya Tuhanku.

Sudah kupanjatkan doa ini sebaik yang aku mampu. Sudah kuusahakan perniagaan untuk menghidupi keluargaku semampu yang akau tahu. Tapi ku yakin, bantuan & uluran tanganMu lah yang aku sangat rindukan selalu.

Aamiin.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Bukan Musibah Kalo Makin Dekat Dengan Tuhan

Anak sakit diare 2 minggu baru sembuh. Alhamdulillah sekarang sudah sehat.
Istri yang sedang hamil diopname karena sakit tipes. Alhamdulillah sekarang sudah sehat.
Mobil sedang parkir ditabrak di Sarinah Tamrin. Alhamdulillah, jadi punya saudara baru dengan orang yang menabrak.

MacBook pribadi dicuri. Alhamdulillah, saya yakin Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik di waktu yang paling tepat & efektif.
Penghasilan belum membesar pengeluaran terus membesar. Tabungan terus menipis. Alhamdulillah, sampai saat ini kami terus berusaha memperbaiki manajemen keuangan di warung & di rumah.

Kuyakin tidak ada satupun kejadian itu musibah, itu semua hanya karena kasih & sayangMu kepada hambaMu ini. Oleh karena itu Tuhan,

Condongkanlah sikap & respon kami hanya untuk mendekatkan diri kepadaMu.
Condongkanlah sikap & respon kami hanya kepada jalan yang Engkau ridhai.
Condongkanlah sikap & respon kami hanya untuk mendewasakan karakter diri kami.
Condongkanlah sikap & respon kami hanya untuk memuliakan namaMu.

Ya Allah Tuhanku Yang Maha Besar, tak satupun yang kami miliki kecuali titipan saja, semuanya adalah milikMu semata. Ampunilah dosa atas perbuatan yang telah menghinakan diri kami sendiri di masa lalu.

Aamiin.

Kamis, 06 Agustus 2009

Solusinya Bukan Uang

Hari ini kesulitan keuangan makin menggetarkan jiwa saya. Saya yakin ujian ini sangat baik buat tumbuhnya karakter diri saya. Kemarin saya menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur di youtube.com. Dari situ saya dapat kata kunci, solusinya bukan uang, solusinya Tuhan. Saya berserah diri pada Tuhan. Ya Allah ya Tuhanku Yang Maha Pemurah Maha Penyayang, sungguh ujian ini datang atas seijinMu. Sungguh saya yakin ada tujuan baik karena Maha Kasih SayangMu. Ijinkanlah diakhir bulan Agustus 2009 ini saya bisa mendapati akhir baik dari ujian keuangan ini. Bimbinglah saya hanya ke jalan yang diridhoiMu. Ya Allah, terimalah permohonan saya ini, tumbuhkanlah karakter mulia serupa citraMu di jiwaku yang lemah ini. Aamiin.

Selasa, 04 Agustus 2009

Jiwa Yang Tenang

Saat ngobrol sambil makan siang kemarin, temanku Om Yono bercerita tentang suatu hal yang dia sesali hingga kini. Suatu ketika, Om Yono bertemu seorang tua yang meminta uang untuk ongkos pulang, karena beliau kehabisan uang. Om Yono yang saat itu sedang ingin membeli bacaan mengatakan tidak punya uang untuk diberikan kepada bapak tersebut. Setelah berselang bapak tersebut tidak ada lagi, timbul penyesalan di hati Om Yono. Lalu saya bertanya, apakah penyesalan itu masih ada sampai sekarang? Iya masih, jawabnya. Apakah masih membuat gelisah? Masih. Lalu saya berpikir rasa sesal & gelisah ini sebaiknya disingkirkan karena akan menggangu jiwa & dapat dimanfaatkan oleh setan dalam menggoda manusia.

Pertama saya ingat sebuah ayat Al Quran yang menyebutkan wahai jiwa yang tenang. Berikut ayat tersebut, "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu" (QS Al-Fajr :27-30). Dari ayat tersebut, pelajaran yang dapat saya ambil adalah, saya harus berusaha menjaga jiwa/roh diri saya supaya tetap tenang, jauh dari rasa takut, gelisah, sesal, dsb. Bagaimana caranya? Jika saya menemui ada sesuatu yang membuat jiwa saya tidak tenang, bisa akan kejadian yang sudah terjadi ataupun kejadian yang dipikirkan akan terjadi, maka apa yang harus saya lakukan? Memohon kepada Tuhanku agar diberikan petunjuk untuk melakukan sesuatu yang membuat peristiwa atau pikiran tersebut pergi dengan sendirinya. Iya pergi dengan sendirinya, bukan kita paksa untuk pergi. Saya gak bisa menjelaskan kenapa saya gak perlu memaksa, tapi hanya melakukan sesuatu yang baik agar rasa takut, gelisah, sesal, dsb itu hilang dengan sendirinya.
Kedua, saya ingat pelajaran dari Bapak Budi Yuwono di kelas SQR kami yang lalu. Setan itu tidak bisa membaca apa yang ada di hati & pikiran kita. Tapi setan itu melihat gejala yang terlihat diluar tubuh manusia. Setan mengetahui manusia yang merasa takut, gelisah, sesal, dsb dari ekspresi luarnya. Jiwa yang dihantui perasan itu akan menjadi lemah & mudah digoda oleh setan. Maka perlu sekali saya menjaga jiwa ini supaya tetap tenang.

Kembali ke cerita diawal, saya berusaha menyampaikan pikiran saya ini ke Om Yono. "Om, sebaiknya, ini menurut saya, Om Yono harus melakukan sesuatu & sesuatu tersebut harus diniatkan & diyakini dapat melenyapkan rasa penyesalan terhadap peristiwa yang telah lalu tersebut." Artinya, saya yakin bahwa manusia sebaiknya tidak memelihara rasa takut, gelisah, sesal, dsb dari peristiwa yang lalu. Lalu, diluar dugaan saya, Om Yono langsung antusias dengan yang saya sampaikan. Saya mau dengar di waktu yang akan datang, apa yang Om Yono lakukan & bagaimana hasilnya.

Ya Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bimbinglah hambamu ini dalam setiap nafas kehidupannya selalu dalam ridhaMu agar memiliki jiwa yang semakin tenang & damai sehingga pada akhir hidup di dunia ini jiwaku yang tenang menghadap kembali kepadaMu. Aamiin.

Senin, 03 Agustus 2009

Hari Ini

Hari ini Selasa, sehabis makan siang bersama rekan kantor saya Om Yono begitu saya suka memanggilnya. Ya Tuhanku, tadi saya belajar memilih untuk berpikir positif. Jika memang memilih pikiran seperti ini diperkenankan oleh Mu, bimbinglah aku untuk yang demikian itu selalu menghiasi setiap nafas hidupku.

"Ayo, Wan", ajak Om Yono. Kemana ya si Om ngajak, langsung makan siang atau salat di mesjid dulu ya? Kami berdua punya kebiasaan baru untuk salat di masjid dekat kantor secara berjamaah tepat setelah adzan pertama berkumandang, mengikuti teman-taman kantor lainnya yang telah lama seperti itu. Si Om Yono langsung berlalu, sedangkan saya masih didepan laptop menyelesaikan pendaftaran blog ini. Karena tidak mendapat jawaban yang pasti, saya memilih untuk berpikir kalau si Om mengajak saya salat Dzuhur dulu di masjid baru makan siang.
Selang beberapa menit kemudian si Om telepon saya, "Ayo turun". "Emang Om Yono ada dimana?". "Di bawah", kata si Om. Saya langsung mengiyakan untuk turun dari lantai 5, blog saya ini sudah jadi tapi belum ada isinya. Tulisan ini adalah isi pertamanya.

Di lantai 1 saya telepon Om Yono, menanyakan posisinya. Saat saya menelepon tersebut saya yakin bahwa Om Yono mengajak salat di masjid. "Hallo, ada dimana Om?". Di bawah dekat kantin". Oo kata saya dalam hati, ternyata si Om gak ngajak ke masjid. "Saya lagi jalan mau ke masjid, emang Om mau kemana?". Si Om menceritakan kalo dia minta saya mengantarkannya ke restauran soto kudus untuk makan siang & janjian ketemu dengan orang yang menjual music player digital. "Mobil saya kan masuk bengkel, abis ketabrak", kata saya mengingatkan. "Udah, salat aja dulu, nanti saya temenin, pake motor Om aja". Om Yono baru ingat kalo mobil saya dibengkel, ia mengiyakan naik motor ke restauran tersebut. Saya bilang, bawa aja motornya ke masjid, kita salat dulu baru jalan ke tempat janjian. Semula Om Yono menolak salat dulu, karena sudah janji jam 12.30. Tapi akhirnya Om Yono mau salat dulu, saya bilang gak akan telat ke tempat janjian karena lokasinya dekat kantor.

Selesai salat, kami langsung menuju ke restauran soto kudus. Tidak jadi pakai motor, karena helm cuma satu. Tidak juga naik angkot, karena tidak tahu persis ada angkot yang lewat sana atau tidak. Akhirnya kami jalan kaki. Sampai di sana pukul 12.35, kami pesan makan, lalu makan. Orang yang diharapkan akhirnya datang dn bertransaksi dengan Om Yono. Kami menyelesaikan makan siang sambil berbincang-bincang tentang SQ. Selesai makan siang, kami kembali berjalan kami kembali ke kantor. Waktu jalan kaki menuju restauran dan jalan kaki kembali ke kantor suasana siang itu teduh oleh awan yang mengaungi kami di langit. "Perjalanan kita diberkahi, jalan & pulang suasananya teduh nih," kata saya sambil tersenyum.

Diawali dengan memilih untuk berpikir positif, kemudian berserah diri terhadap apa yang akan terjadi, akhirnya mendapatkan pengalaman yang berharga bagi kemulian karakter diriku.

Saya telah belajar memilih untuk berpikir positif. Memilih. Iya memilih. Hidup ini memilih, kata almarhum ayah angkatku. Ya Tuhanku, jadikanlah pelajaran yang Kau berikan ini membuat karakter di dalam diriku tumbuh sesuai dengan keridhaanMu. Aamiin.